Sabtu, 23 Mei 2009

Ergonomic Suhu & Udara

LINGKUNGAN KERJA FISIK

Pendahuluan

Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan
teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks
tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan SDM. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah
seperti: kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran
lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja.
Pada tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja seperti: kebisingan, temperatur, pencahayaan, getaran, bau-bauan, radiasi, bahan berbahaya beracun, ventilasi. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja. Lingkungan kerja yang
nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Dengan mempelajari bab ini, para siswa diharapkan mengetahui faktor-faktor lingkungan kerja yang bisa mempengaruhi kesehatan dan keselamatan kerja.

Temperatur

Untuk negara dengan empat musim, rekomendasi untuk comfort zone pada musim dingin adalah suhu ideal berkisar antara 19-23°C dengan kecepatan udara antara 0,1-0,2 m/det dan pada musim panas suhu ideal antara 22-24°C dengan kecepatan udara antara 0,15-0,4 m/det serta kelembaban antara 40-60% sepanjang tahun. Sedangkan untuk negara dengan dua musim seperti Indonesia. rekomendasi tersebut perlu mendapat koreksi. Sedangkan kaitannya dengan suhu panas lingkungan kerja, Grandjean (1993) memberikan batas toleransi suhu tinggi sebesar 35-40°C; kecepatan udara 0,2 m/det; kelembaban antara 40-50%; perbedaan suhu permukaan < 4°C.

Lingkungan Kerja Panas

Pekerja di dalam lingkungan panas, seperti di sekitar
furnaces, peleburan, boiler, oven, tungku pemanas atau bekerja di luar ruangan di bawah terik matahari dapat mengalami
tekanan panas. Selama aktivitas pada lingkungan panas
tersebut, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan
dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dan luar tubuh dengan kehilangan panas dan dalam tubuh. Selanjutnya faktor-faktor yang menyebabkan pertukaran panas di antara
tubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah panas konduksi,
panas konveksi, panas radiasi dan panas penguapan. Berikut ini aktivitas-aktivitas kerja pada lingkungan kerja yang panas, yaitu aktivitas kerja pada industri pengecoran logam.
Pekerja di lingkungan panas dapat beraklimatisasi untuk mengurangi reaksi tubuh terhadap panas (heat strain). Pada proses aklimatisasi menyebabkan denyut jantung lebih rendah dan laju pengeluaran keringat meningkat. Khusus untuk pekerja yang baru di lingkungan panas diperlukan waktu aklimatisasi selama 1-2 minggu. Jadi, aklimatisasi terhadap lingkungan panas sangat diperlukan pada seseorang yang belum terbiasa dengan kondisi tersebut. Aklimatisasi tubuh terhadap panas memerlukan sedikit liquid tetapi lebih sering minum. Tablet garam juga diperlukan dalam proses aklimatisasi. Seorang tenaga kerja dalam proses aklimatisasi hanya boleh terpapar 50% waktu kerja pada tahap awal, kemudian dapat ditingkatkan 10% setiap hari.
Pengaruh Temperatur Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Secara lebih rinci gangguan kesehatan akibat pemaparan suhu lingkungan panas yang berlebihan dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Gangguan perilaku dan performansi keja seperti,
terjadinya kelelahan, sering melakukan istirahat curian
dan lain-lain.
2. Dehidrasi.
Dehidrasi adalah suatu kehilangan cairan tubuh yang berlebihan yang disebabkan baik oleh penggantian cairan yang tidak cukup maupun karena gangguan kesehatan. Pada kehilangan cairan tubuh <1,5%
gejalanya tidak nampak, kelelahan muncul lebih awal dan mulut mulai kering.

3. Heat Rash
Keadaan seperti biang keringat atau keringat buntat, gatal kulit akibat kondisi kulit terus basah. Pada kondisi ini pekerja perlu beristirahat pada tempat yang lebih sejuk dan menggunakan bedak penghilang keringat.

4. Heat Syncope atau Fainting
Keadaan ini disebabkan karena aliran darah ke otak tidak cukup karena sebagian besar aliran darah dibawa ke permukaan kulit atau perifer yang disebabkan karena pemaparan suhu tinggi.

5. Heat Cramps
Keadaan ini terjadi karena pekerja berkeringat terlalu banyak dan minum air terlalu banyak. Gejala otot yang kejang dan sakit. Cara menanggulangi adalah dengan minum cairan elektrolit (garam) seperti: gatorade,
pocari sweet.
6. Kelelahan karena panas
Penyebab adalah turunnya volume air darah karena dehidrasi (terlalu banyak berkeringat dan tidak cukup


minum). Gejala : lemah lesu, lelah, kantuk; berkeringat
dingin dan pucat; banyak berkeringat; pusing; mual; dan pingsan. Cara mengatasi, jika pekerja sadar, istirahatkan di tempat yang sejuk; beri minum yang mengandung elektrolit. Jika pekerja pingsan, segera cari bantuan medis. Jangan diberi minum jika pekerja pingsan.

7. Stroke karena panas
Penyebab karena tubuh kepanasan sebab pekerja tidak dapat berkeringat. Kondisi ini dapat mematikan. Gejala kulit kering dengan bercak merah panas atau tampak kebiru-biruan, kehilangan orientasi (bingung), kejang-kejang, pingsan, suhu tubuh yang cepat naik. Penanggulangan: cari bantuan medis segera,
pindahkan yang bersangkutan ke tempat yang sejuk, copot alat-alat pelindung yang dipakainya, gunakan handuk basah atau air dan kipas untuk
mendinginkannya sambil menunggu paramedis.

Penilaian Lingkungan Kerja Panas

Metode terbaik untuk menentukan apakah tekanan panas di tempat kerja menyebabkan gangguan kesehatan adalah
dengan mengukur suhu inti tubuh pekerja yang bersangkutan. Normal suhu inti tubuh adalah 37° C, mungkin mudah dilampaui dengan akumulasi panas dan konveksi, konduksi, radiasi dan panas metabolisme. Apabila rerata suhu inti tubuh pekerja > 38° C, diduga terdapat pemaparan suhu lingkungan panas yang dapat meningkatkan suhu tubuh tersebut. Selanjutnya harus dilakukan pengukuran suhu lingkungan kerja

Pengukuran suhu lingkungan kerja bisa menggunakan termometer ruangan digital. Termometer ruangan ini mempunyai ketelitian sampai 0.1°C .
Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:

☺  49 °C: Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi
jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih
kurang 30 derajat Celcius: aktivitas mental dan daya tanggap
mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan
dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.
☺  30 °C: Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun
dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan,
timbul kelelahan fisik.

☺  24 °C: Kondisi optimum

☺  10 °C: Kelakuan fisik yang extrem mulai muncul.

Harga-harga diatas tidak mutlak berlaku untuk setiap orang karena sebenarnya kemampuan beradaptasi tiap orang berbedabeda, tergantung di daerah bagaimana dia biasa hidup. Orang yang biasa hidup di daerah panas berbeda kemampuan
beradaptasinya dibandingkan dengan mereka yang hidup di daerah dingin atau sedang. Tichauer telah menyelidiki pengaruh terhadap produktifitas para pekerja penenunan kapas, yang

menyimpulkan bahwa tingkat produksi paling tinggi dicapai pada kondisi temperatur 750F - 800F (240C - 270C)

7.2.4 Pengendalian Lingkungan Kerja Panas

Untuk mengendalikan pengaruh pemaparan tekanan
panas terhadap tenaga kerja perlu dilakukan koreksi tempat
kerja, sumber-sumber panas lingkungan dan aktivitas kerja yang dilakukan. Secara ringkas teknik pengendalian terhadap
pemaparan tekanan panas di perusahaan dapat dijelaskan
sebagai berikut:

1. Mengurangi faktor beban kerja dengan mekanisasi
2. Mengurangi beban panas radiasi dengan cara:

 Menurunkan temperatur udara dan proses kerja yang
menghasilkan panas.
 Relokasi proses kerja yang menghasilkan panas.
 Penggunaan tameng panas dan alat pelindung yang
dapat memantulkan panas
3. Mengurangi temperatur dan kelembaban.
Cara ini dapat dilakukan melalui ventilasi pengenceran
(dilution ventilation) atau pendinginan secara mekanis
(mechanical cooling). Cara ini telah terbukti secara dramatis
dapat menghemat biaya dan meningkatkan kenyamanan.
4. Meningkatkan pergerakan udara.
Peningkatan pergerakan udara melalui ventilasi buatan
dimaksudkan untuk memperluas pendinginan evaporasi, tetapi tidak boleh melebihi 0,2 m/det. Sehingga perlu
dipertimbangkan bahwa menambah pergerakan udara pada temperatur yang tinggi (> 40°C) dapat berakibat kepada peningkatan tekanan panas.

5. Pembatasan terhadap waktu pemaparan panas dengan cara:

 Melakukan shift pekerjaan pada tempat panas pada pagi
dan sore hari.
 Penyediaan tempat sejuk yang terpisah dengan proses
kerja untuk pemulihan.

 Mengatur waktu kerja-istirahat secara tepat berdasarkan
beban kerja
6. Pakaian pelindung
Pakaian khusus berbahan reflektif atau pakaian pendingin dapat melindungi pekerja dari panas yang berlebihan.

7. Air
Karena mekanisme ’haus’ atau keinginan minum tubuh terkadang tidak cukup dirangsang oleh hilangnya cairan tubuh melalui keringat, penting untuk menjadwalkan minum sekitar setengah gelas tiap setengah jam.
8. Pendidikan
Pekerja harus diajari bagaimana mengenali gejala penyakit yang berhubungan dengan panas dan bagaimana
melakukan pertolongan pertama pada kasus tersebut.
Mereka harus tahu mengapa penyakit dapat timbul dan bagaimana mencegahnya.
9. Penyesuaian
Proses ini berarti membiarkan tubuh secara bertahap
menyesuaikan diri dengan panas. Proses ini menyebabkan
suhu tubuh yang lebih rendah saat bekerja dan istirahat,
keringat yang lebih banyak, detak jantung yang lebih lambat
dan konsumsi oksigen yang lebih rendah. Karena hasil dari
proses ini dapat hilang dengan cepat, pekerja harus
mengalaminya lagi jika kembali dari libur yang lebih panjang
dari seminggu.

Diposting Oleh Eko Prasetiawan_TI (06211001)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar